Tidak banyak daerah di Indonesia yang memiliki gunung di tengah kota. Salah satunya adalah Kota Magelang. Gunung Tidar yang berada di ketinggian 503 meter diatas permukaan laut terlihat menjulang dari segala penjuru kota. Vegetasi pinus, cemara dan salak hasil reboisasi tahun 60-an sangat lebat, sehingga menjadikan Gunung Tidar sebagai paru-paru kota penyerap polutan. Oleh sebab itulah Kota Magelang berhawa sejuk, selain karena letaknya yang berada diantara 5 gunung. Tinggal dikota ini adalah berkah tersendiri, terlebih dimasa sekarang ini.
Gunung Tidar dikenal sebagai pakunya Pulau Jawa. Hal ini tidak lepas dari mitos kejawen yang beredar di masyarakat secara turun temurun. Konon katanya, Pulau Jawa akan terbawa arus laut apabila tidak ditancapkan sebuah paku di tengahnya. Oleh karena itulah, ada Dewa yang turun untuk menancapkan paku di tengah-tengah pulau jawa, dan terbentuklah Gunung Tidar. Terlepas dari mitos kejawen tersebut, ternyata secara geografis letak Gunung Tidar ini kebetulan memang berada di tengah-tengah Pulau Jawa.
Selain itu, dari sisi sejarah ada juga legenda yang beredar di masyarakat sekitar hingga sekarang. Legenda ini mengisahkan heroisme Syekh Subakir dalam menaklukkan Kiai Semar, jin sakti penguasa Gunung Tidar yang kala itu masih merupakan hutan lebat dan menjadi istana lelembut. Nama Kiai Semar tidaklah sama dengan tokoh Semar yang kita kenal dalam dunia pewayangan. Syekh Subakir, seorang penyebar agama Islam dari Turki, datang ke daerah ini untuk berdakwah. Tidak rela atas kedatangan Syekh Subakir, Kiai Semar beserta bala tentara lelembutnya melakukan perlawanan. Namun ternyata sang pemimpin Jin Kiai Semar dapat dikalahkan oleh Syekh Subakir. Sebelum lari Raja Jin bersumpah suatu saat akan kembali ke Gunung Tidar, kecuali rakyat didaerah ini rela menjadi pengikut Syekh Subakir. Dan sampai saat ini, masyarakat Magelang hidup damai dengan keyakinan masing-masing.
Dibalik lebatnya Gunung Tidar ternyata terdapat beberapa situs dan makam. Sebelum sampai di puncak, terdapat makam Syech Subakir seorang ulama dari Turki yang berhasil menaklukkan Gunung Tidar dan kemudian penyebar agama islam di Magelang. Makam ini ditemukan oleh Alm KH Ahmad Abdul Haq Dalhar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Mad, pengasuh pondok pesantren Darussalam Watucongol Muntilan. Konon sebelum ditemukan, makam ini tertutup semak belukar Gunung Tidar. Mbah Mad, terkenal dikaruniai kemampuan menemukan makam-makam para wali yang tadinya tersembunyi atau dianggap makam biasa oleh masyarakat. Sejak ditemukan dan direnovasi makam Syech Subakir ini ramai didatangi oleh para peziarah dari berbagai daerah.
Tak jauh dari makam Syech Subakir setelah berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah di paving, terdapat sebuah cungkup panjang. Konon katanya, yang dimakamkan disitu adalah tombak pusaka Syekh Subakir kala berperang manklukkan raja Jin penguasa Gunung Tidar,Kiai Semar zaman dahulu. Bentuk nisan makamnya tidak lazim. Panjangnya mencapai 7 meter dengan lebar 1 meter. Saat ini semua sudah dikeramik,bersih. Kadang ada juga orang yang terlihat khusyu berdiam di depan cungkup ini. Entah sedang apa.
Melangkahkan kaki beberapa meter keatas, sampailah kita di lapangan luas yang merupakan puncak Gunung Tidar. Berdiri kokoh monumen Akademi Militer yang menjulang tinggi. Monumen ini sekaligus sebagai penanda bahwa Gunung Tidar masih merupakan kawasan AKMIL. Lapangan ini juga digunakan sebagai tempat para Taruna AKMIL melaksanakan salah satu prosesi tahunannya. Di tengah-tengah lapangan terdapat sebuah tugu kecil dengan ornamen tulisan jawa yang dikelilingi pagar besi. Terkadang ada canang, sesajen, dupa dan kemenyan yang dibakar dibawah tugu ini din hari-hari tertentu. Menurut legenda dan cerita masyarakat sekitar, tugu inilah yang secara kosmik menjadi simbol pakunya Pulau Jawa. Energi supranatural begitu kuat terpancar disini. (katanya sih).
Di sisi timur lapangan puncak Gunung Tidar, terdapat sebuah pohon beringin besar. Sulur-sulur akar nafasnya menjuntai kebawah, salah satu indikasi usia pohon ini mungkin sudah ratusan tahun. Dibawah pohon ini terdapat sebuah nisan marmer kecil bertuliskan Petilasan Pangeran Purbaya. Konon dulu tempat ini pernah digunakan sebagai tempat bertapa Pangeran Purboyo.
Dibalik legenda dan cerita-cerita mistis yang beredar mengenai Gunung Tidar, Masyarakat Magelang biasa memanfaatkan gunung tidar untuk kegiatan olah raga. Jalur trekking yang cukup menantang memberikan sensasi tersendiri. Ratusan anak tangga siap untuk didaki. Sudut elevasi jalur pendakian pun beragam, ada bagian yang menanjak ada juga yang landai. Suplai oksigen terasa sangat melimpah karena hasil oksidasi cemara dan pinus yang tumbuh rimbun menjulang. Apabila mendaki Gunung Tidar dengan santai, cukup dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di puncak. Waktu yang paling tepat untuk trekking disini adalah pagi hari. Selain untuk jalur trekking, di lapangan atas bisa juga untuk sepakbola, futsal ataupun latihan beladiri. Dijamin sehat dan fresh!! Kalau mau olahraga sekalian dapat pahala, pas turun bukit, sambil memungut sampah plastik yang biasanya berserakan di sekitar jalur pendakian. Di bawah, ada bak sampah besar yang biasa digunakan untuk menampung sampah-sampah tersebut. Badan sehat, lingkungan bersih. Let’s Go Green !!
How To Get There?
Sangat mudah menjangkau Gunung Tidar. Satu-satunya akses naik ada di kampung Barakan, sisi utara lereng Tidar, belakang terminal lama Jl Ikhlas Magelang. Kendaraan pribadi seperti mobil dan motor bisa parkir di depan gerbang masuk. Kalau menggunakan angkutan umum, bisa menggunakan jalur 2, 3, 4, 6, 10 tergantung dari mana posisi anda. Tidak ada tiket masuk, cukup membayar biaya parkir dan mengisi kotak amal seikhlasnya.
Akomodasi
Cukup banyak hotel yang bertebaran di sekeliling Gunung Tidar. Mulai dari kelas melati yang semalam hanya Rp. 100.000,- sampai hotel bintang 4 yang rate semalamnya Rp. 500.000,-. Sebut saja hotel wisata, hotel trio, hotel catur, hotel grand artos aerowisata, hotel puri asri, hotel oxalis, hotel sriti, hotel ardiva, sampai yang paling baru: hotel atria.
Source: fahmianhar.wordpress.com