Memandang ke arah Barat, tampak gunung Sumbing berdiri gagah. Kabut tipis menjadi penghiasnya. Sementara jika memandang ke arah Timur, tampak hamparan sawah yang menguning dengan latar belakang gunung Merapi, Merbabu, Telomoyo, dan Andong. Jalan berkelok-kelok menjadi santapan yang harus dilalui untuk sampai di lokasi Candi Selogriyo.
Lokasi candi Selogriyo memang terpencil. Medannya pun masih sulit. Untuk sampai ke lokasi ini hanya ada dua alternatif: jalan kaki atau naik kendaraan beroda dua sejauh 2 km. Selepas pertigaan dari jalan besar, akan bertemu dengan jalan sempit beraspal yang menanjak. Sebuah perkampungan kecil beraroma tembakau akan dilewati. Maklum saja, jalan-jalan di kampung ini dihiasi anjang-anjang untuk menjemur tembakau. Keramahan ala pedesaan sangat terasa. Diakhir perkampungan ini, wisatawan akan disambut jalan berkonblok. Jalannya semakin menyempit dan licin, terutama setelah hujan turun. Jalan ini tidak terlalu panjang. Dan jalan setapak berkontur tanah akan mengantar pengunjung hingga sampai ke lokasi candi Selogriyo. Jalan yang harus dilalui sangat menantang. di kanan dan kiri jalan adalah jurang berupa petak-petak sawah.
Sepintas kilas, tampak tidak mengenakkan. Tapi jangan salah. Jerih payah itu akan terbayar lunas. Pemandangan alam nan eksotik akan memanjakan mata. Hamparan bukit-bukit berselimut kabut menjadi latar belakangnya. Ada tiga buah bukit besar: bukit Condong, bukit Giyanti, dan bukit Malang. Sementara hamparan sawah dengan terasering menjadi penghias setiap jengkal jalan yang dilalui. Dalam perjalanan itupun pengunjung bisa dibuat malu dengan ketangguhan penduduk desa yang masih sangat kuat untuk bekerja dalam usia mereka yang tidak lagi muda. Meski sudah tua, seikat kayu masih menghiasi punggung mereka. Sekeranjang rumput untuk mekanan ternak berada di atas kepala mereka.
Setelah melalui jalan yang cukup sulit, sebuah gerbang menyambut kedatangan wisatawan. Jalan berundak akan menghantar wisatawan hingga sampai ke kompleks candi. Suara gemericik air yang mengalir di sisi jalan menjadi simfoni yang menggetarkan jiwa. Jalan berundak ini cukup membuat nafas terengah-tengah. Namun, semua itu akan hilang lenyap setelah melihat bagian puncak candi ini. Candi kecil yang berdiri kokoh di tengah hamparan rumput yang menghijau. Inilah candi Selogriyo. Candi Selogriyo berlatar belakang agama Hindu dan menghadap ke arah timur. Candi diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi. Walau begitu candi ini tidak memiliki candi perwara. Candi ini pernah longsor pada tahun 1998. Hal ini disebabkan letak candi yang berada di atas bukit dan dikelilingi oleh lereng-lereng bukit lain. Karena itu candi ini dipindahkan posisinya biar nantinya tidak longsor lagi. Proses rekonstruksi ulang itu selesai pada tahun 2005.
Candi yang terletak di lereng bukit Giyanti dengan ketinggian 740 mdpl ini cukup unik. Ada sebuah bilik (garbagraha) yang sudah kosong di dalamnya. Diperkirakan di tempat ini dahulu ada lingga dan yoni sebagai bentuk lain dari Syiwa Mahadewa.
Candi Selogriyo yang terletak di kecamatan Windusari ini memang kecil namun menyimpan sejuta pesona. Pemandangan alam menjadi daya tariknya. Sayangnya, candi ini belum dikelola dengan baik. Akses jalan masih dibiarkan begitu saja. Jika kompleks candi ini dikelola dengan baik, niscaya akan menjadi sebuah tujuan wisata yang unik.
Jika ingin berpetualang menikmati keindahan alam, candi Selogriyo adalah alternatif pilihannya. Route yang terdekat adalah jalur Magelang-Bandongan. Sesampai di pasar Bandongan belok ke kanan menuju kecamatan Windusari. Pelancong akan berjumpa dengan pertigaan. Di situ ada sebuah papan penunjuk arah: Candi Selogriyo.
Menambahkan Mas. Video Candi Selogriyo
terimakasih mas, bagus videonya :)