Candi Umbul memang tidak setenar Candi Borobudur. Bisa jadi masih sangat asing nama candi tersebut di telinga kebanyakan orang Indonesia. Bahkan bagi warga asli kelahiran Magelang, saya yakin hanya sebagian kecil saja yang mengetahui keberadaan candi peninggalan Dinasti Sanjaya ini. Di dalam peta Kabupaten Magelang, lokasi bertuliskan Air Hangat Candi Umbul terletak di sisi kanan atas atau arah timur laut dari Kota Magelang. Nama campuran antara air hangat dan candi umbul, seringkali mengecoh para penjelajah peta untuk langsung paham bahwa di sanalah lokasi Candi Umbul yang saya maksudkan.
Sesuai dengan namanya, umbul, udal atau tuk dalam bahasa Jawa, berarti mata air yang menyembul secara vertikal dari dalam tanah. Candi Umbul memang berwujud sebuah kolam pemandian yang bersumber dari umbul. Melihat ciri kolam pemandian yang di keempat sisinya dibentengi susunan batu candi dengan relief khas, candi ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai sebuah patirtan atau taman air. Fungsi sebuah patirtan adalah sebagai tempat mandi dan rekreasi keluarga raja atau para pangeran dan putri kerajaan.
Dari relief dan beberapa petilasan bentuk lingga dan yoni di beberapa titik, membuktikan bahwa Candi Umbul merupakan candi bercorak Hindhu. Jika menilik sejarah perkembangan Kerajaan Mataram Kuno, kemungkinan besar candi ini dibangun oleh Dinasti Sanjaya yang beragama Hindhu. Tidak banyak ciri bangunan candi yang tersisa di area Candi Umbul saat kini. Namun demikian di dalam kolam terdapat beberapa batu umpak berbentuk lingga yang datar di permukaan bagian atasnya. Di samping sebagai patirtan tempat mandi, sangat dimungkinkan keberadaan landasan batu umpak berbentuk lingga tersebut dulunya dipakai sebagai alas tempat duduk untuk tapa kungkum atau bertapa rendam para ksatria di masa lalu.
Bagi orang awam, ciri-ciri sebagai penanda sebuah candi kuno barangkali sangat tersamar dan hampir tidak secara kentara dijumpai pada Candi Umbul. Untuk memberikan kesan yang kental tentang sebuah situs peninggalan sejarah, tepat di sisi kanan dan kiri pintu masuk menuju sisi tengah patirtan kolam pemandian, kini berdiri kokoh sepasang tugu batu hitam. Meskipun bentuk dan ukiran pada kedua tugu batu tersebut sangat minimalis, namun kehadirannya dapat mengesankan pengunjung tengah memasuki sebuah gerbang bangunan candi kuno.
Lurus dengan kedua tugu gerbang tersebut, kita akan menjumpai beberapa anak tangga yang mengantarkan turun kaki kita ke bawah hingga menuju badan air. Tepat di ujung tangga, pada permukaan air, terdapat sepasang kalamakara yang seolah sedang menghisap air dari kedalaman ibu bumi pertiwi. Berseberangan dengan sepasang kalamakara, terdapat sebuah bentuk cungkup batu kecil yang hingga kini masih berfungsi sebagai tempat persembahan sesaji. Hal ini nampak dari aneka kembang tujuh rupa dan bau semerbak sangat khas yang berasal dari dupa atau kemenyan yang dibakar sebagai sarana peribadahan. Ciri dan tanda-tanda tersebut memperkuat kepastian bahwa Candi Umbul memang sebuah situs sejarah tempat peribadahan yang bercorak Hindu.
Mencermati keberadaan situs yang tepat berada di tengah sebuah lembah atau hamparan dataran rendah, menandakan bahwa Candi Umbul dibangun pada sebuah mata air yang timbul, muncul atau mumbul dari dalam tanah sebagai keluaran air resapan yang berasal dari rerimbunan hutan di keempat sisi lembah yang terdiri atas tanah perbukitan. Uniknya, air yang muncul tepat di tengah kolam patirtan candi tersebut justru merupakan air hangat yang terjadi secara alamiah. Hal ini menjadi sangat unik dan khas Candi Umbul, karena biasanya keberadaan sumber air hangat atau air panas berada di sekitar lokasi gunung berapi ataupun pegunungan bekas gunung aktif.
Berbeda dengan yang dilakukan ummat Hindhu di masa lalu, kebanyakan para pengunjung di Candi Umbul yang bukan penganut kepercayaan Hindhu justru datang khusus ke candi ini untuk berkungkum ria alias mandi berendam menikmati kehangat air kolam yang khas dan sangat alamiah. Banyak pengunjung yang percaya bahwa air hangat Candi Umbul dapat menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit, khususnya penyakit kulit. Maka dapat dipastikan setiap pengunjung yang datang pasti merasa rugi jika tidak menceburkan diri dan kungkum di badan air yang berwarna kehijauan karena bercampur dengan lumut dan ganggang lembut.
Untuk mencapai dan menikmati kehangatan khas Candi Umbul, pengunjung dapat mengakses situs yang berada di Kecamatan Grabag – Kabupaten Magelang ini melalui akses jalan beraspal mulus dan cukup lebar. Perjalanan diawali dari titik pertigaan Krincing yang berada di ruas jalur Magelang – Semarang, tepat sekitar 1 km di sisi utara pertigaan Secang menuju Ambarawa. Dari pertigaan ini, pengunjung terus mengikuti jalanan ke arah timur menuju Grabag. Sekitar 8 km, di sekitar Mts Negeri Grabag terdapat plang penunjuk arah Candi Umbul ke arah kiri. Dari titik ini lokasi keberadaan Candi Umbul masih harus ditempuh sekitar 4,7 km. Jalanan beraspal dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dengan sajian pemandangan persawahan dan pategalan khas pedesaan akan sangat memanjakan mata pengunjung.
Berbeda dengan Candi Borobudur ataupun Prambanan yang memasang tarif tiket masuk yang terasa mahal bagi kantong warga pribumi, Candi Umbul dapat dimasuki dengan harga tiket yang sangat terjangkau. Hanya dengan Rp. 3.000,- untuk orang dewasa dan Rp.2.000, – untuk anak-anak, serta Rp 1.500,- untuk parkir roda dua, menjadikan Candi Umbul menjadi tempat kungkum yang sangat favorit bagi warga sekitar maupun para pendatang yang ingin sengaja angon bocah sekaligus memperkenalkan sejarah peninggalan nenek moyang kepada generasi penerus bangsa. Rekreasi plus pembelajaran sejarah. Dua buah perpaduan fungsi yang dapat sekaligus dipetik oleh para pengunjung, bagaikan sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Keberadaan Candi Umbul sebagai situs peninggalam sejarah masa lampau, sudah pasti merupakan aset sangat berharga bagi Kabupaten Magelang. Promosi dan penyebarluasan informasi mungkin masih belum optimal sehingga keberadaan candi patirtan ini hanya diketahui sebagian kecil dari masyarakat Indonesia. Dengan promosi yang gencar dan luas, bukan mustahil situs bersejarah ini dapat menjadi alternatif tujuan wisata di wilayah Magelang Utara dan dapat menyumbangkan pendapatan asli daerah yang cukup signifikan untuk turut mengangkat kesejahteraan warga sekitarnya.
Anda penasaran dengan Candi Umbul? Monggo dipersilakan pinarak untuk mampir dan dolanan ciblon ke daerah Grabag. Dijamin sampeyan akan ketagihan untuk selalu rindu dan datang ke dua, tiga, bahkan ke sekian kalinya ke Candi Umbul.
Ngisor Blimbing, 29 Agustus 2013
Ditulis : Sang Nananging Jagad *
*) Dewan Sesepuh Komunitas Blogger Pandekar Tidar – Magelang