Perayaan Waisak yang tiap tahunnya dipusatkan di daerah Candi Borobudur Magelang Jawa Tengah, selalu menjadi tontonan tersendiri bagi banyak warga baik dari dalam dan luar daerah Magelang. Selain ribuan peserta perayaan Waisak yang memadati lokasi prosesi di sekitar Candi Mendut dan pelataran Candi Borobudur terdapat juga ribuan pengunjung serta fotografer dan jurnalis dari berbagai media.
Prosesi perayaan Tri Suci Waisak dipusatkan pada satu hari di mana pada malamnya bulan purnama akan muncul. Untuk tempat perayaannya ada dua candi yang dijadikan pusat ritual yaitu Candi Mendut dan Candi Borobudur. Sebelum membahas hal lainnya, urutan-urutan prosesi Waisak biasanya berlangsung sama tiap tahunnya. Berikut adalah “JADWAL RANGKAIAN KEGIATAN PERAYAAN HARI TRI SUCI WAISAK 2557 BE / 2013”
Untuk tahun ini perayaan Waisak 2013 di Candi Borobudur mengambil tema “Dengan Semangat Waisak Kita Tingkatkan Kesadaran Untuk Terus Berbuat Kebajikan”. Walubi sebagai penyelenggara perayaan Waisak tiap tahunnya membuka pintu bagi siapa saja yang ingin ikut menyaksikan perayaannya di komplek Candi Borobudur.
Waisak adalah hari suci umat Buddha yang dirayakan setiap bulan Mei untuk memperingati tiga peristiwa penting yang dikenal sebagai Trisuci Waisak. Ketiga peristiwa tersebut yakni lahirnya Pangeran Sidharta di taman Lumbini pada 623 SM, Pangeran Sidharta mencapai penerangan Agung dan menjadi Buddha di Bodhgaya pada usia 35 tahun tahun 588 SM, dan Buddha Gautama “Parinibbana” atau wafat di Kusinara pada usia 80 tahun 543 SM.
Secara nasional, perayaan Waisak berpusat di komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Tiga ritual inti pada perayaan Waisak antara lain pengambilan air dari mata air (umbul) Jumprit di Kabupaten Temanggung, pindapatta atau pemberian bahan makanan atau uang oleh umat kepada biksu dan biksuni, serta semedi pada detik-detik puncak bulan purnama.
Ritual yang tak kalah penting ialah pradaksina, atau ritual mengelilingi tempat yang dianggap suci sambil berdoa, atau dalam hal ini Candi Borobudur, sebanyak tiga kali. Puncak perayaan Waisak di komplek Candi Borobudur ditandai dengan pelepasan 1.000 lampion bersama doa-doa yang dipanjatkan ke langit.
Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) melansir jadwal perayaan Waisak 2013 di situs www.walubi.or.id. Tahun ini, Waisak akan dirayakan selama empat hari pada 22 – 25 Mei. Jadwal ini masih mungkin berubah dari hari ke hari. Adapun gambaran ritual perayaan Waisak berdasarkan jadwal yang dilansir oleh Walubi adalah sebagai berikut:
22 – 23 Mei 2013
07:00 – 18:00 | Candi Borobudur
Selama dua hari, panitia Waisak nasional umat Buddha Indonesia akan mengadakan bakti sosial berupa pengobatan gratis kepada masyarakat.
23 Mei 2013
07:00 – 10:00 | Jalan Raya Pemuda, Magelang
Menjelang perayaan Waisak, ratusan biksu dan biksuni akan melaksanakan ritual Pindapata, yakni berjalan menyusuri Jalan Raya Pemuda sambil melantunkan kidung pujian (parita). Umat Buddha akan berkumpul dan menyerahkan barang kebutuhan sehari-hari, seperti bahan makanan dan uang kepada para biksu yang berjalan di sepanjang jalan ini.
Ritual Pindapata dilaksanakan untuk mengenang Buddha yang memiliki tradisi berkelana dan hidup dari tanggungan umat. Di lain sisi, momen ini dimanfaatkan umat sebagai kesempatan untuk bersedekah.
24 Mei 2013
08:00 – selesai | Pengambilan air suci di Umbul Jumprit di Temanggung
Pengambilan air suci adalah salah satu ritual inti dari setiap perayaan Waisak. Para biksu akan mengambil air suci dari sumber air Umbul Jumprit yang berlokasi di Kecamatan Ngradirejo, kabupaten Temanggung. Dari sini, air suci kemudian dibawa oleh para biksu untuk disemayaman di Candi Mendut.
08:00 – selesai | Pengambilan api abadi di Grobogan, Mrapen
Ritual inti kedua perayaan Waisak adalah pengambilan api abadi di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong. Ritual diawali dengan puja bakti di altar. Api abadi melambangkan kobaran semangat manusia untuk mendapatkan pencerahan dan menghapus kesuraman dalam hidupnya. Api abadi Mrapen adalah fenomena alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah yang tersulut api, sehingga menciptakan api yang tak pernah padam meski turun hujan sekalipun.
Api Dharma selanjutnya dibawa dan disemayamkan di Candi Mendut sebelum dibawa ke Candi Borobudur keesokan harinya. Rombongan biksu pembawa api abadi ini biasanya melalui rute Gubug-Karangawen, Semarang, Ungaran, Ambarawa, lalu Magelang.
25 Mei 2013
Candi Mendut
09:00 – 10:00 | Persiapan
10:00 – 12:00 | Ritual dan dilanjutkan dengan detik-detik Waisak
Menjelang detik-detik Waisak, umat Buddha berkumpul dalam tenda. Biasanya para biksu dari berbagai negara turut hadir dan menempati posisi di tenda utama. Para bante (biksu kepala) dari berbagai sekte dan negara merapal mantra dalam bahasa masing-masing. Tahun ini, detik=detik Waisak diperkirakan akan jatuh pada pukul 11:24:39.
13:30 – 16:00 | Prosesi dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur
Usai ritual menyambut detik-detik Waisak, para biksu beserta umat akan berjalan kaki menuju Candi Borobudur. Termasuk dalam rombongan ini adalah para biksu pembawa air suci Umbul Jumprit dan api abadi Mrapen. Arak-arakan persembahan yang biasanya terdiri dari buah-buahan dan sayur-sayuran turut mengiringi perjalanan para biksu menuju Candi Mendut.
Candi Borobudur
16:00 – 18:00 | Ritual di tenda masing-masing sekte
Sesampai di Candi Borobudur, rombongan biksu akan berpencar menuju tenda sekte masing-masing untuk kemudian berdoa bersama-sama.
18:00 – selesai | Upacara di panggung utama dilanjutkan dengan pradaksina dan pelepasan lentera
Posisi panggung utama biasanya di pelataran utara Candi Borobudur. Para biksu beserta umat melakukan ritual pradaksina, atau mengelilingi candi searah jarum jam sebanyak tiga kali. Ritual ini merupakan puncak penghormatan tertinggi kepada Sidharta Gautama atau Sang Buddha.
[highlight]Usai pradaksina, mulailah ritual yang paling ditunggu, yakni pelepasan 1000 lampion. [/highlight]Tak hanya umat Buddha yang ikut dalam beribadah yang diizinkan untuk menerbangkan lampion. Pengunjung juga dapat menerbangkan lampion beserta doa atau harapan ke langit dengan membayar sumbangan sosial sebesar Rp 100.000 per lampion.
Pelepasan lampion dipimpin oleh seorang biksu. Usai seluruh lampion berhasil diterbangkan dari atas panggung utama, giliran umat dan pengunjung yang berada di depan panggung menerbangkan lampion milik mereka. Ritual ini sekaligus menjadi simbol pelepasan amarah, iri dengki, dan nafsu-nafsu negatif lainnya yang ada di dalam diri.
Usai pelepasan 1.000 lampion ke langit, berakhir pula rangkaian perayaan Waisak. Hari suci umat Buddha ini menjadi salah satu peristiwa budaya yang menarik minat masyarakat. Walubi sebagai penyelenggara perayaan Waisak tiap tahunnya membuka pintu bagi siapa saja yang ingin ikut menyaksikan perayaannya di komplek Candi Borobudur.
Catatan penting bagi yang berniat menyaksikan langsung perayaan Waisak adalah, rangkaian acara yang berlangsung selama tiga hari ini merupakan ritual ibadah umat Buddha. Jangan karena kepentingan pribadi, misalnya ingin mendapatkan foto yang bagus, atau bahkan sampai mengganggu jalannya ibadah. Bagaimanapun juga, wisatawan adalah tamu, maka sudah sepatutnya wisatawan menjaga sikap dan pintar-pintar membawa diri.
Website:
http://www.wego.co.id
http://www.walubi.or.id/